Menjawab Tantangan Dakwah di Era Millenial
Pada Kamis, (21/11/2024) perwakilan Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kota Tangerang Selatan yaitu: Ilya Syafa'atun Ni'mah (Bendahara IHF PCFNU Tangsel) dan Miftah Khisat Nurwati (Ketua bidang Pendidikan dan Dakwah PCFNU Tangsel) menghadiri undangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangsel dalam acara “Pelatihan Dakwah dan Retorika di Era Milenial” yang bertempat di Aula Gedung Kelembagaan/Kantor MUI Kota Tangsel, Jl. Siliwangi, Pamulang. Sebanyak 50 peserta hadir dalam acara ini yang merupakan perwakilan dari berbagai Majelis Ta'lim dan Ormas di wilayah Tangsel. Acara berlangsung selama 4 jam, mulai pukul 08.00 hingga 12.00 WIB.
Adapun Narasumber dalam acara ini yaitu: Drs. KH. Cholisuddin Yusa, MA yang menjabat sebagai Komisi Dakwah MUI Pusat dan Drs. Djedjen Zainuddin, MA. seorang dosen di STAI Al Hikmah Jakarta. Beberapa sambutan disampaikan dalam acara ini sebagai salam pembuka bagi semua peserta. Sambutan yang pertama disampaikan oleh H. Ahmad Sofyan selaku Komisi Dakwah (KomDak) MUI Kota Tangsel. dalam sambutannya ia mengatakan bahwa, “tugas ulama adalah mengajarkan masyarakat cara berdakwah yang santun dan sesuai dengan kaidah yang telah diajarkan oleh Islam agar dakwah tersebut dapat diterima dengan baik. Terutama di era milenial ini, agar lebih mengena kepada setiap lapisan masyarakat, maka dakwah harus menggunakan metode yang tepat. Sehingga dakwah tersebut akan menjadi dakwah rahmatan lil 'alamiin."
Sedangkan Heri Slamet, selaku Staf Ahli Walikota Tangsel menyampaikan, “kegiatan ini adalah program dari MUI Tangsel. Harapannya dengan adanya program ini, seluruh aktivis Dakwah dapat memanfaatkan teknologi dengan semaksimal mungkin. Sesuai dengan misi Tangsel, yaitu: pembangunan SDM unggul sehat, hebat, bermartabat. Juga sesuai dengan motto Tangsel: cerdas, modern, religius. Maka Dakwah juga harus mampu masuk ke ruang-ruang yang lingkupnya kecil, contohnya ruang keluarga.” Heri Slamet juga menyampaikan kekhawatirannya terkait keadaan masyarakat saat ini yang sering terjerat judi online. Ia mengatakan, “kondisi masyarakat saat ini marak yang terjebak dengan judi online. Saya melihat dan menyaksikan di berita, bahwa potensi judi online di Indonesia mencapai 700 triliun. Juara satu Jawa Barat, kedua DKI Jakarta, ketiga Jawa Timur, keempat Jawa Tengah dan Banten masuk di urutan kelima. Hal ini patut menjadi perhatian bersama.” Tuturnya. Selanjutnya ia memberikan apreasiasi terhadap acara ini, “dengan adanya kegiatan ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada MUI yang sudah selalu memberikan pengkaderan penting. Saya berharap kegiatan-kegiatan seperti ini dapat di duplikasi, berlanjut dan lebih berkembang lagi. Baik dari jumlah peserta maupun waktunya. Agar peserta yang dijangkau bisa lebih banyak lagi”, tutupnya.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh KH. Muhammad Saidih selaku Ketua MUI Kota Tangsel. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan satu pesan penting. Ia mengatakan “bagi setiap kader Ulama, agar selalu menginga hal berikut: barang siapa mengerjakan satu kebaikan, ia akan mendapat balasan sepuluh kebaikan, dan barangsiapa mengerjakan satu keburukan ia akan mendapat balasan satu keburukan. Artinya, jangan lelah untuk melakukan kebaikan karena keutamaannya lebih mulia daripada keburukan”, pesannya mengingatkan kepada seluruh peserta yang hadir.
Kegiatan penguatan dakwah millennial ini, memberikan banyak wawasan terkait metode dakwah yang efektif. Materi pertama yang dibawakan oleh Drs. KH. Cholisuddin Yusa, MA membahas mengenai peran ulama pada masa sekarang. Ia menyampaikan bahwa, “para ulama adalah pewaris Nabi. Untuk itu, ketika Nabi dan para khalifah sudah tidak ada, menjadi tugas utama ulama melanjutkan perjuangannya termasuk tentunya dalam aktivitas dakwah”. KH. Cholisuddin juga menambahkan “sampaikanlah dakwah sesuai dengan kondisi masyarakat dan masalah yang mereka hadapi. Maka dari itu para dai harus menguasai kriteria yang perlu dimiliki oleh seorang ulama, dan dai. Yaitu dirinya sebagai komunikator”, tegasnya.
Selanjutnya, “seorang ulama dan dai harus amanah, mempunyai metode yang baik tapi tetap menjadi diri sendiri. Seperti yang termaktub dalam pesan bijak: metode itu lebih penting dari materi. Adapun guru lebih penting daripada metode. Namun, jiwa guru itu lebih penting dari guru itu sendiri", tutur Drs. Djedjen Zainuddin, MA selaku pemateri kedua dalam acara ini. Terakhir, seluruh rangkaian acara ditutup dengan doa dan sesi foto bersama.