GKMNU Gandeng Fatayat NU Tangsel Perkuat Pencegahan Bulliying
Fatayat Nahdlatul Ulama bekerjasama dengan Gerakan Keluarga Maslahat Nahdhatul Ulama (GKMNU) meluncurkan Pelatihan Parenting Positif untuk Cegah Perundungan terhadap Anak (CPTA) sebagai strategi memperkuat ketahanan keluarga sekaligus menekan tingginya kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia. Pelatihan ini dirancang untuk membekali para kader Fatayat, ibu-ibu muda, dan perempuan dengan keterampilan pengasuhan yang hangat, setara, serta bebas kekerasan. Pelatihan dilaksanakan pada Minggu, (16/11/2025) di Graha Aswaja Jalan Otista Raya, Ruko Prima Blok B No. 25-26, Ciputat, Tangerang Selatan dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang.
Ari Hardi selaku penanggung jawab acara dan turut memberikan sambutan dalam kesempatan ini mengatakan, “Pembagian peran orang tua harus berjalan seimbang, di mana ayah dan ibu terlibat aktif dalam kehidupan anak, membuka ruang diskusi yang hangat dan jujur, serta menjadi teladan dalam sikap dan tindakan. Dari keterlibatan, komunikasi, dan keteladanan itulah karakter anak tumbuh dengan kuat dan positif,” ucapnya.
Pelatihan CPTA dirancang berlangsung satu hari penuh dengan empat rangkaian sesi: pre-test dan orientasi, penguatan ketahanan keluarga melalui parenting positif, deteksi dini dan pendampingan kasus perundungan, hingga refleksi dan post-test. Modul pelatihan menyediakan panduan lengkap bagi fasilitator, termasuk metode diskusi, simulasi, studi kasus, dan role play yang mendorong peserta memahami dan mempraktikkan keterampilan pengasuhan secara langsung.
Peserta diajak mendalami konsep parenting positif, komunikasi empatik, disiplin tanpa kekerasan, serta pembagian peran pengasuhan yang setara antara ayah dan ibu. Selain materi teoretis, pelatihan menekankan proses praktik aktif, termasuk latihan merespons anak yang menjadi korban atau pelaku bullying, membaca perubahan perilaku anak, serta memfasilitasi dialog aman antara anak dan orang tua.
Fatayat NU menempatkan kadernya sebagai agen perubahan komunitas. Karena itu, peserta juga diminta menyusun rencana aksi seperti kelas parenting, kampanye anti-perundungan, kelompok dukungan ibu-ibu muda, dan koordinasi dengan sekolah atau puskesmas.
Pelatihan ini hadir sebagai respons atas meningkatnya kekerasan anak, baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Survei Lingkungan Belajar Kemendikbud 2024 menunjukkan hampir satu dari tiga peserta didik pernah mengalami perundungan. Sementara itu, SIMFONI PPA mencatat lebih dari 12.000 kasus kekerasan anak pada tahun 2023, mayoritas terjadi di lingkungan terdekat anak.
Riset UNICEF dan berbagai studi akademik juga menegaskan bahwa pola pengasuhan berpengaruh langsung terhadap risiko terjadinya bullying. Anak yang dibesarkan dengan lingkungan penuh kasih, komunikasi terbuka, dan disiplin non-kekerasan memiliki kemampuan regulasi emosi yang lebih baik serta ketahanan yang lebih kuat saat menghadapi tekanan sosial.
Dalam perspektif Islam, pengasuhan penuh rahmah merupakan nilai fundamental keluarga. Modul pelatihan ini menegaskan bahwa perempuan memegang peran strategis sebagai pendidik pertama, sehingga peningkatan kapasitas perempuan secara langsung berdampak pada perlindungan anak.
Pelatihan mengombinasikan pendekatan partisipatif, perspektif gender, pendekatan non-kekerasan, serta pendekatan berbasis komunitas. Setiap sesi dilakukan secara interaktif dan mendorong peserta menghubungkan materi dengan pengalaman mereka sebagai ibu, pengasuh, atau anggota komunitas.
Pada sesi awal, peserta berkenalan, menyusun kontrak belajar, dan mengisi pre-test untuk melihat pemahaman awal. Sesi berikutnya mengajak peserta menggali pengalaman pengasuhan melalui diskusi “Kisah dari Rumah Kita”, dilanjutkan simulasi merespons kasus bullying dengan teknik komunikasi empatik.
Sesi deteksi dini bullying membekali peserta membaca tanda-tanda korban, pelaku, dan saksi melalui lembar observasi. Peserta berlatih melakukan wawancara empatik, memahami dinamika cyberbullying, serta mempraktikkan pendekatan restoratif yang fokus pada pemulihan, bukan hukuman keras.
Pada sesi akhir, peserta melakukan refleksi mendalam, mengisi post-test, dan menyusun komitmen pribadi untuk menerapkan pengasuhan positif. Fasilitator menutup sesi dengan memperkuat motivasi peserta agar terus menjadi pelopor keluarga ramah anak di komunitas masing-masing.
Iffaty Zamimah selaku Ketua Pimpinan Fatayat NU Tangsel menyampaikan harapan dan terimakasihnya terhadap semua yang telah berperan mensukseskan kegiatan ini, ia mengatakan, ”Saya berharap bahwa kader Fatayat bisa memiliki pengetahuan yang kuat tentang positive parenting serta kemampuan mencegah dan menangani bullying. Kader Fatayat tidak boleh hanya hadir sebagai peserta kegiatan, tetapi harus turun langsung membantu masyarakat menyelesaikan persoalan pengasuhan, anak, dan keluarga. Kita harus mampu memberikan edukasi, pendampingan, dan solusi bagi ibu-ibu serta remaja yang menghadapi tekanan pengasuhan dan kasus perundungan. Saya berharap setiap kader menjadi agen perubahan yang berdampak, hadir sebagai pendamping keluarga dan pelindung anak di lingkungan masing-masing. Dengan cara itu, Fatayat benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat. Selain itu saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada tim, Mas Ari, Dr. Sarwendah, dan Bapak Abdul Qadir atas dukungan, pendampingan, serta kontribusi luar biasa yang telah diberikan,” sampainya.
Pelatihan CPTA diharapkan mampu membentuk generasi yang lebih percaya diri, sehat secara emosional, dan terlindungi dari risiko perundungan. Dengan pengasuhan yang penuh kasih dan kesetaraan, Fatayat NU menegaskan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari rumah, dari cara orang tua mendengarkan, menyayangi, dan membimbing anak setiap hari.